Nina, seorang mahasiswi dari Yogyakarta, menjadi sorotan setelah kabar tak biasa mengalir dari layar ponselnya. Nominal Rp167.200.000 masuk melalui Dana berkat scatter hitam Mahjong Ways 2 di Penjas69, mengubah malam biasa menjadi cerita yang lama diingat keluarga dan tetangga.
Nina tinggal di lantai dua sebuah kos putri dekat kampus. Di atas meja belajar, novel-novel berjejer, dan sticky notes memenuhi tembok. Di sela revisi skripsi, ia sering menatap keluar, memperhatikan penjual bakso lewat. Hidupnya rapih, hemat, dan penuh target yang ditempeli pena warna-warni.
Malam itu, setelah macet menulis metodologi, Nina butuh pelarian kecil. Temannya mengirim tautan Penjas69 dengan catatan bercanda, 'biar bab 3 lancar'. Ia tertawa, membuka Mahjong Ways 2 beberapa putaran, dan hampir menutupnya ketika mata berat. Tepat saat itu, simbol hitam menyala seperti catatan pengingat paling terang di dindingnya.
Dana berbunyi sekali. Rp167.200.000 tampil, membuat Nina tertegun. Ia tak berteriak, hanya duduk, menarik napas panjang, baru kemudian menghubungi sahabat sekamarnya. Mereka berpelukan seperti selesai sidang. Di kejutan sunyi itu, Nina merasa dunia tiba-tiba berputar sedikit lebih pelan.
Kabar sampai ke grup keluarga. Ibunya mengirim stiker peluk, ayahnya menulis pesan singkat: 'Jaga diri dan jaga uang.' Nina menjawab dengan daftar rencana: biaya wisuda, kursus singkat desain, dan dana darurat. Ia merasa dewasa beberapa tahun dalam semalam.
Besoknya, lorong kos ramai. Ada yang minta ditraktir, ada yang minta 'tutorial'. Nina hanya tertawa dan mengajak mereka makan bakso dekat gang. Ia bercerita seadanya, lebih banyak mendengar kisah skripsi orang lain. Ia tahu, euforia bisa cepat berubah jadi tekanan kalau tidak ditata.
Melalui Dana, Nina mengatur pos-pos pengeluaran: pendidikan, rumah tangga, hibah kecil untuk adiknya di kampung. Ia mencoba tetap menulis setiap pagi, menyelesaikan skripsi selangkah demi selangkah. Kemandirian finansial kecil itu memberinya ruang bernapas.
Nama Penjas69 muncul di timeline media sosial kampus. Nina memilih diam. Ia tidak ingin jadi legenda yang dibicarakan lebih lama dari tanggal sidangnya sendiri. Baginya, gelar sarjana adalah jackpot yang lain—yang dicapai dengan ketekunan, bukan keberuntungan.
Beberapa minggu kemudian, Bab 3 selesai. Nina menulis ucapan terima kasih lebih panjang dari biasanya. Ia menutup laptop, merebahkan diri, dan tersenyum pada langit-langit kamar. Di luar, tukang bakso lewat lagi, dan hidup kembali ke ritmenya.