Warsini, seorang pedagang es dawet di pasar tradisional Klaten, mendadak viral setelah saldo Dana-nya bertambah Rp205.400.000. Semua terjadi berkat scatter hitam Mahjong Ways 2 dari Penjas69 yang muncul ketika ia iseng bermain di malam hari. Kabar itu membuat pasar yang biasanya hanya riuh oleh tawar-menawar dagangan berubah jadi pusat perhatian bagi banyak orang.
Setiap hari Warsini mendorong gerobak kecil berisi santan segar, gula merah cair, es serut, dan cendol buatan tangannya sendiri. Suara sendok yang membentur gelas plastik sudah jadi ciri khas lapaknya. Ia melayani pembeli dengan senyum ramah, meski tubuhnya lelah karena harus bangun sejak subuh. Keuntungannya tipis, kadang malah habis untuk bayar kontrakan dan uang sekolah anak-anak.
Bagi pelanggan setia, es dawet Warsini adalah minuman yang tak tergantikan. Rasanya segar, manis pas, dan penuh kenangan masa kecil. Namun di balik tawa ramahnya, Warsini menyimpan kegelisahan: bagaimana membiayai masa depan anak-anaknya dengan penghasilan yang pas-pasan.
Sepulang dari pasar, Warsini duduk di ruang tamu rumah kontrakan yang sempit. Tangannya masih lengket bekas santan, tapi ia penasaran membuka ponsel. Ia mencoba Penjas69 seperti yang diceritakan tetangganya. Beberapa putaran berlalu, tiba-tiba scatter hitam muncul di layar. Tak lama kemudian, notifikasi Dana masuk dengan angka Rp205.400.000.
Warsini terperanjat. Ia mengusap matanya, menutup dan membuka layar berkali-kali. Ia sampai memanggil anak sulungnya untuk ikut memeriksa. Anak itu hanya bisa menatap layar dengan mulut menganga. Malam itu, rumah kecil yang biasanya sunyi berubah menjadi lautan tawa dan air mata bahagia.
Istrinya menitikkan air mata sambil berulang kali mengucap syukur. Anak bungsunya berlarian di dalam rumah sambil berteriak, “Ibu kaya! Ibu kaya!” Suasana yang biasanya penuh cemas kini dipenuhi harapan baru. Uang sebesar itu bagi keluarga kecil mereka bukan hanya angka, tapi pintu menuju mimpi yang semula tak terjangkau.
Bagi Warsini, kebahagiaan terbesar adalah melihat anak-anaknya tersenyum lega. Selama ini ia selalu merasa bersalah karena sering kali harus menolak permintaan kecil mereka. Kini, setidaknya ada harapan untuk memberikan kehidupan yang lebih layak.
Keesokan harinya, kabar sudah menyebar ke seluruh pasar. Pedagang lain datang menyalaminya, ada yang kagum, ada yang tak percaya. Beberapa bahkan penasaran ingin tahu bagaimana scatter hitam itu bisa muncul. Lapak es dawet Warsini diserbu pembeli, bukan hanya karena ingin minum, tetapi juga ingin melihat langsung sosok yang sedang viral.
Di warung kopi dekat pasar, kisah Warsini jadi topik utama. Ada yang berbisik bahwa itu hanya keberuntungan sesaat, tapi ada juga yang menjadikannya inspirasi bahwa hidup bisa berubah kapan saja.
Warsini sadar uang besar bisa cepat habis jika tidak diatur. Ia dan suaminya berencana membangun rumah sederhana agar tidak lagi berpindah kontrakan setiap beberapa tahun. Mereka juga ingin melunasi utang kecil di warung tetangga, membeli kulkas besar untuk menyimpan bahan dagangan, serta menabung untuk biaya sekolah anak-anak sampai perguruan tinggi.
Selain itu, Warsini berniat menyisihkan sebagian rezeki untuk membantu saudara-saudaranya yang hidup lebih sulit. “Kalau rezeki datang banyak, ya harus dibagi. Biar berkah,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Sebelum ini Warsini hanya tahu menyimpan uang tunai di laci dapur. Kini ia belajar menggunakan Dana untuk mengatur keuangan. Ia kaget betapa mudahnya membayar listrik, membeli pulsa, bahkan mengirim uang ke anaknya yang kos di kota. Dunia digital yang dulu terasa asing kini jadi bagian dari kesehariannya.
Baginya, Dana bukan sekadar aplikasi, tapi jembatan menuju kehidupan yang lebih aman dan tertata. Ia merasa lebih percaya diri menghadapi masa depan dengan cara yang lebih modern.
Kisah Warsini membuat nama Penjas69 semakin populer di Klaten. Scatter hitam Mahjong Ways 2 jadi bahan obrolan mulai dari pedagang sayur sampai tukang ojek pasar. Meski begitu, Warsini selalu menekankan bahwa kerja keras tetap kunci utama. “Kalau cuma mengandalkan keberuntungan, hidup nggak akan maju. Tapi kalau kerja keras ditambah doa, insyaAllah ada jalan,” ujarnya.
Warsini tidak ingin berubah menjadi orang yang sombong. Ia tetap ingin berjualan es dawet seperti biasa, karena itu adalah identitas dan sumber kebahagiaannya. Uang hanyalah sarana untuk membuat hidup lebih baik, bukan tujuan akhir. Harapannya sederhana: anak-anaknya bisa sekolah setinggi mungkin, keluarganya hidup lebih layak, dan dagangannya tetap jadi bagian dari cerita manis pasar Klaten.